Bogor, 15 Oktober 2022 – Dalam rangka memperingati hari pangan, Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) bersama Yayasan Bina Bangsa Sejahtera Bogor dan RRI Pro 2 Bogor, mengadakan dialog interaktif dengan mengusung tema “Pemuda dan Lingkungan: Memberi Ruang Berekspresi Melalui Lahan Produktif di Sekolah”. Acara yang disiarkan secara langsung di Pro 2 FM RRI Bogor ini dilakukan di gedung SMP Bina Bangsa Sejahtera (BBS) dan lebih dari 50 orang yang terdiri dari siswa, kelompok pegiat lingkungan, orang tua siswa, dan para guru serta pengurus.
Said Abdullah, Koordinator Nasional Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) mengatakan dialog interaktif yang dilakukan di sekolah ini bertujuan untuk mengajak semua pihak terutama siswa untuk peduli pangan. Memperkuat kedaulatan dan ketahanan pangan bisa dilakukan siapa pun baik masyarakat di desa maupun di perkotaan. Masyarakat sekolah menjadi komponen penting untuk memperkuat ketahanan pangan.
“Di sekolah BBS ini kita bisa melihat bagaimana upaya penguatan kesadaran dan perilaku peduli pangan dilakukan. Siswa diajak untuk melakukan inovasi, memanfaatkan lahan produktif di sekolah untuk menanam aneka tanaman pangan. Hal ini sangat bagus dan perlu dikembangkan di banyak sekolah lain. terang Said.
Baca Juga: Meninjau Tantangan dan Peluang Pengembangan Beras Berkelanjutan di Indonesia
Wawan Sukmawan, Plt Ketua Yayasan Bina Bangsa Sejahtera Bogor, mengungkapkan kegembiraannya atas pelaksanaan kegiatan tersebut. Wawan menilai acara hari ini cocok dengan apa yang digagas, yaitu ketahanan Pangan, selain itu juga ada pameran dari apa yang diproduksi oleh siswa, dan dalam kegiatan ini akan diperoleh interaksi.
“Semoga kegiatan lingkungan yang ada di BBS ini bisa diperluas di Bogor, Provinsi, maupun Nasional. Dan semoga partner dari kegiatan ini bisa terus berlanjut.” ungkap Wawan.
Sementara itu, Syabar Suwadirman, Kepala Sekolah SMP IT BBS, mengatakan bahwa inisiatif sekolah mengembangkan Pendidikan lingkungan dan urban farming ini menjadi bagian dari misi sekolah untuk mewujudkan green school sekaligus upaya membangun karakter siswa peduli lingkungan dan pertanian. Sekolah juga memiliki lahan yang bisa dimanfaatkan. Jadilah kegiatan ini dijalankan pihak sekolah.
“Kami mendorong sekolah hijau, tapi apa ujungnya? Kalau hanya pohon ya gimana? Akhirnya kami buat kebun ini. Anak anak jadi bisa belajar mengelola sampah, mengelola kebuan. Harapannya mereka punya kesadaran dan karakter “hijau”. Artinya peduli lingkungan sekitarnya, tidak merusak tapi memeliharanya” jelas Syabar.
Baca Juga: LANGKAU, LUMBUNGNYA SUKU DAYAK
Berbagai kegiatan lingkungan yang ada di SMPIT BBS meliputi pembuatan kebun di lingkungan sekolah yang berisi tanaman sayur, tanaman buah, hingga budidaya ikan lele dalam ember. Para siswa dan tenaga pengajar juga melakukan budidaya maggot sebagai pakan dari ikan lele yang dibudidayakan. Para siswa juga melakukan pembuatan eco brick dan eco-printing untuk memanfaatkan sampah di lingkungan sekolah.
Terkait kegiatan tersebut, Ranzi, siswi SMP IT BBS, mengungkapkan dirinya tertarik ikut di kegiatan lingkungan karena ingin belajar hal baru dan juga sebagai bentuk kepeduliannya pada lingkungan. Selain itu melalui kegiatan ini dirinya juga bisa berekspresi lebih banyak dari pada berdiam diri di rumah main gadget.
“Saya sering ke sekolah pas hari libur untuk ngasih makan maggot. Saya suka magot dan kasihan kalo tidak dikasih makan pas libur sekolah. Kan maggotnya bisa kita kasih makan ke lele, kotorannya kita jadikan pupuk tanaman. Jadi maggotnya perlu dijaga dan dikasih makan yang cukup biar ada manfaat ke yang lain” terang Ranzi
Inisiatif-inisiatif yang dilakukan oleh para siswa dan pengajar di SMA dan SMP BBS, merupakan langkah awal yang baik. Tidak hanya dalam melestarikan lingkungan, mengurangi dampak perubahan iklim, namun juga menumbuhkan ketahanan pangan. Kegiatan semacam ini perlu terus dikembangkan untuk menjawab tantangan pemenuhan pangan.
“Kita tahu saat ini persoalan pangan dan pertanian dihadapkan pada tekanan perubahan iklim dan juga krisis yang dipicu oleh ketidakstabilan produksi dan distribusi pangan global. Peningkatan produksi pangan dalam negeri perlu dilakukan. Pemanfaatan lahan sempit melalui urban farming di sekolah juga bisa menjadi bagian penting menghadapi persoalan pangan yang ada” pungkas Said. (JP)