web analytics

Ramadhan, Kenaikan Harga Pangan, dan Kesejahteraan Petani

05
Apr

Persoalan dan Alasan yang Berulang

Bulan Ramadhan di Indonesia identik disambut oleh 2 hal, pertama hadirnya iklan yang bertajuk hari raya dengan pernak-pernik khas Bulan Ramadhan seperti ketupat. Kedua kenaikan harga pangan pokok yang terus berulang tiap tahunnya. Melalui mesin pencarian google, penulis mencari berita kenaikan harga pangan menggunakan kata kunci “kenaikan harga pangan menjelang Bulan Ramadhan” dengan rentang waktu pemberitaan mulai tahun 2017 hingga tahun 2022. Hasilnya, terdapat pemberitaan yang berulang sejak tahun 2017 hingga tahun 2022 mengenai kenaikan harga pangan menjelang Bulan Ramadhan.

Mengetahui hal tersebut, pertanyaan yang akan muncul selanjutnya adalah mengapa kenaikan harga pangan menjelang Bulan Ramadhan terjadi secara berulang? Beragam jawaban dan alasan bisa dibaca secara runtut. Menjelang Bulan Ramadhan tahun 2017 misalnya, ketua Ikatan Pedagang Pasar Pasar Indonesia (IKAPPI) kala itu mengungkapkan Kenapa Harga Pangan Selalu Naik Jelang Puasa?, kenaikan harga komoditas pangan jelang puasa terjadi karena meningkatnya melanja masyarakat. Masyarakat umumnya belanja di pasar dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan hari biasa untuk persediaan puasa. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Engkus pada tahun 2017 melaporkan bahwa, ada beberapa hal yang menyebabkan kenaikan harga menjelang Ramadhan: 1. Hukum permintaan dan penawaran (supply and demand), 2. Penimbunan barang, 3. Kinerja pasokan terganggu, dan 4. Gaya hidup masyarakat lebih konsumtif.

Menjelang Bulan Ramadhan tahun 2022, Lembaga Survey Populix mengeluarkan hasil survey yang menunjukkan pengeluaran konsumen Indonesia melonjak hingga 50% saat Ramadhan. Survey itu menunjukkan, mayoritas responden memiliki pengeluaran berkisar 25-50% lebih besar saat Ramadhan daripada anggaran bulanan biasanya. Di lain kesempatan, melalui media daring kompas.com seorang ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM) juga mengatakan bahwa kenaikan harga bahan pokok menjelang Ramadhan diakibatkan kebutuhan tinggi daripada penawaran. Menurutnya, masa-masa menjelang puasa dan hari raya kebutuhan pokok pasti lebih tinggi, namun penawaran tidak bertambah banyak. Menurutnya, kenaikan harga bahan pokok atau inflasi seperti ini tidak bisa diantisipasi, karena sifatnya alamiah.

Melalui pernyataan dan data yang telah dipaparkan di atas, apakah benar ketimpangan pada supply and demand terjadi tanpa ada faktor yang mempengaruhinya?

Ketiadaan Atas Data Sebagai Pendorong Ketimpangan Supply and Demand

Jawaban serta alasan dari persoalan naiknya harga pangan menjelang Bulan Ramadhan hampir selalu sama setiap tahunnya sejak tahun 2017 hingga tahun 2022, yakni tingginya permintaan ketimbang penawaran. Padahal, hampir pada setiap kesempatan menjelang Bulan Ramadhan melalui Kementerian Pertanian atau Kementerian Perdagangan, negara terbiasa memberikan pernyataan bahwa stok bahan pangan masih terhitung aman menjelang Bulan Ramadhan hingga Hari Raya Idul Fitri. Namun, mengapa hal tersebut masih terus terjadi?

Jawaban berbeda disampaikan oleh Khudori pada tahun 2019 Harga Pangan Selalu Naik Saat Ramadhan, Kenapa?, menurutnya terdapat tiga hal yang mempengaruhi harga pangan saat menjelang Ramadhan, pertama ketersediaan bahan pokok, pengaturan harga, dan pengawasan distribusi. Khudori menekankan bahwa tanpa adanya pendataan gudang, sulit bagi pemerintah untuk memastikan stok dan memantau pergerakan barang. Jika kedua hal tersebut tidak diketahui, sulit bagi pemerintah untuk memantau bahkan menstabilkan harga. Melalui pernyataan tersebut, penulis mengajak para pembaca untuk melihat lebih jauh lagi persoalan kenaikan harga pangan menjelang Bulan Ramadhan, bahwa ketimpangan supply and demand tidak berdiri secara tunggal, namun hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya ketimpangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketimpangan itulah yang seharusnya bisa diselesaikan oleh pemerintah guna mencegah terjadinya ketimpangan supply and demand sehingga kenaikan bahan pangan tidak menjadi hal “alamiah” seperti hujan di Bulan Desember.

Baca juga: Antisipasi Petani Terhadap Dampak Konfik Rusia -Ukraina

Seperti yang telah disebutkan di paragraf sebelumnya, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan ketimpangan pada supply and demand. Faktor mendasar yang pertama adalah tidak adanya data yang terintegrasi dan ter-overlay­ dengan baik, seperti contohnya data panen dan waktu area panen raya pada sentra-sentra produksi. Ketiadaan atas data yang terintegrasi menyebabkan produksi tidak bisa diketahui secara pasti jumlah dan areanya, hal itu akan berbuntut pada sulitnya pengawasan distribusi dan pendataan pada gudang, yang meningkatkan potensi penimbunan. Penimbunan sudah pasti membuat ketimpangan pada supply and demand dan menyebabkan harga pangan akan melonjak naik. Namun, lonjakan harga tersebut tidak membuat petani atau produsen pangan skala kecil mendapatkan hasil yang sepadan karena harga yang diterima oleh para petani tetap pada angka yang biasanya diterima.

Tidak perlu banyak kalimat untuk menjelaskan apakah kenaikan harga pangan menjelang Bulan Ramadhan akan meningkatkan kesejahteraan petani, cukup satu kata untuk menjawab pertanyaan itu, jawabannya tidak. Kenaikan harga pangan menjelang Ramadhan tidak berdampak sama sekali pada peningkatan kesejahteraan petani. Parahnya, para petani atau produsen pangan skala kecil mungkin akan kesulitan menjangkau pangan dengan harga yang tinggi menjelang Bulan Ramadhan seperti sekarang ini. (JP)

Leave a Comment