Bogor, 7 Oktober 2020 – Mantan Wakil Menteri Perdagangan yang juga dosen IPB University Dr. Bayu Krisnamurthi menyampaikan bicara sistem pangan yang berkeadilan dan berkelanjutan, tidak bisa bicara hanya sebatas komoditas, seperti hanya beras misalnya. “Pangan adalah kombinasi dari makanan, harus melihat supply chain. Saya mendukung sekali pendekatan sistem pangan, sekarang tidak bisa bicara single komoditi tidak bisa satu aspek semua harus disertakan,” jelasnya.
Sistem pangan mencakup produksi, prosesing, distribusi, konsumsi sampai manajemen sampah sisa makanan. Sementara pembahasan (kebijakan dan program) pangan saat ini 52 persen hanya produksi. Sementara 24 persen bicara prosesing, kemudian distribusi hanya 13 persen dibicarakan. “Itu juga karena pandemi Covid-19 ini, karena distribusi yang paling terkena bukan karena kebijakan,” jelasnya.
Padahal masalah distribusi juga penting. “Rantai dingin untuk produk hortikultura dan berbagai pangan yang mudah rusak tidak tersedia. Gudang beras saja dengan gudang gabah di Bulog, tidak dibedakan, padahal secara teknis berbeda. Konsumsi juga hanya 9 persen dibicarakan, itupun hanya ketika terjadi inflasi. Apalagi food waste,” jelas Bayu.
“Intinya, pembahasan food system, kita perlu lebih seimbang antara kompnen komponen dalam food system ini,” tambahnya.
Bayu mengatakan, untuk membangun sistem pangan yang sehat dan berkelanjutan harus fokus pada beberapa hal. Pertama, harus memperbanyak local dan seasonal food. “Dan ini adalah consumer driven, terimalah kalau misalnya, suatu waktu tidak tersedia jenis padi tertentu. Terimalah kalau saat ini kita sedang musim mangga, musim nanas. Pangan kita harus lebih memberikan apresiasi pada keragaman berdasarkan musim,” jelasnya.
Kedua, kesehatan mulai dari pangan. Kuncinya ada pada gizi paduan pada keragaman bukan hanya satu komoditi. “Apa yang kita makan implikasinya ke kesehatan. Kuncinya, pangan harus ada gizi,” tegas Bayu. Ketiga, membangun komunitas, kita harus bangun tanpa pemerintah. Berawal dari kesadaran sendiri. “Mulai komunitas pecinta makan pepaya, komunitas pecinta makan sagu yang dengan kesadaran sendiri setiap dua minggu sekali bikin sagu day. Ujungnnya untuk menggerakkan ekonomi lokal, mendukung produsen lokal pemproses makanan lokal, distributor, retailer, intinya sistem pangan dibuat lebih simpel, beragam, dan banyak,” pungkasnya.