Kota Malang, 21 Januari 2025 – Memperkuat kebijakan sistem pangan di perkotaan ditengah laju pertumbuhan di perkotaan yang terus meningkat dan tantangan perubahan iklim menimbulkan berbagai resiko seperti, masalah konversi lahan yang semakin berkurang dan kebutuhan pangan dan limbah pangan yang semakin meningkat. Hal ini menjadi fokus masalah di berbagai wilayah, termasuk Kota Malang. Saat ini isu pangan tidak hanya sekedar dalam hal produksi dan bagaimana cara mengaksesnya, namun juga bagaimana dapat memanfaatkan limbah yang ada. Sebagaimana yang dikatakan oleh Nita Yulianis, S.P.,M.Si, Badan Pangan Nasional,
“Pemerintah Republik Indonesia menargetkan penurunan jumlah food waste di Indonesia sebesar 3-5% sehingga membutuhkan kolaborasi semua pihak”.
Memperkuat kebijakan sistem pangan perkotaan melalui penguatan keterlibatan generasi muda yang ada di Kota Malang menjadi salah satu upaya yang akan dilakukan dalam program Pangan Kota Kita.
Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan, Lembaga Pengkajian Kemasyarakatan dan Pembangunan Jawa Timur, Pemerintah Daerah Kota Malang, akademisi, Malang Creative Fusion, Forum Anak Kota Malang, Forum Petani, Litterless Indonesia, dan para pihak lainnya bersama-sama menginisiasi terbentuknya Forum Multipihak Sistem Pangan atau Multi-Stakeholder Forum (MSF) di Kota Malang melalui Kick Off Meeting yang bersama-sama dilakukan di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Pembentukan forum multipihak ini didukung oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan konsorsium program Pangan Kota Kita di Kota Malang. Pelibatan para-pihak secara partisipatif ini diharapkan dapat mendorong sebuah kebijakan untuk mendukung terjadinya sistem pangan yang berdaulat, resilien, dan inklusif.
Pada kegiatan tersebut, Wulan Metafurry, S.Stat. perwakilan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) mengatakan bahwa program ini turut mendukung upaya transformasi sistem pangan sebagai agenda nasional.
“Dalam lima tahun kedepan kita diharapkan dapat membangun ekoregion sistem pangan berbasis sumber daya dan kearifan lokal. Jadi sistem pangan kita diharapkan tidak yang dari Sabang sampai Merauke sama, tapi memang didasarkan pada kearifan lokal dari masing-masing daerah. Jadi kami berharap bahwa dengan adanya program ini Kota Malang juga dapat membangun sistem pangannya sendiri. Sistem pangan yang benar-benar resilient seperti yang diharapkan” Ucap wulan.
Program Pangan Kota Kita adalah sebuah program nasional yang dilakukan di Kota Malang dan Kota Bogor. Program ini dikelola oleh Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan bersama dengan Lembaga Pengkajian Kemasyarakatan dan Pembangunan Jawa Timur. Program Pangan Kota Kita mendorong adanya transformasi sistem pangan perkotaan melalui kolaborasi multistakeholder.
Dalam sambutannya, Dwi Rahayu, SH. M. Hum, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mengatakan “Untuk mencapai tujuan kita bersama sangat diperlukan adanya kolaborasi, antara pemangku kepentingan dan saya pribadi berharap kegiatan hari ini akan menjadi awal yang tepat untuk membangun sinergi antara pemerintah, akademisi, pengusaha, pelaku komunitas, dan masyarakat untuk mewujudkan sistem pangan perkotaan yang baik khususnya di wilayah Kota Malang”.
Adapun strategi yang dilakukan adalah dengan melakukan penelitian mengenai situasi sistem pangan kota, kelas peningkatan kapasitas, forum multi stakeholders, membuat kerangka sistem pangan perkotaan dan dokumen kebijakan, melakukan lobi dan advokasi, dan pembentukan forum green entrepreneurship.
Yunida Paramita dari Malang Creative Fusion menuturkan “Kami di MCF ada bidang UMKM sebagai ruang untuk meningkatkan pengetahuan dan inovasi usaha. Program ini sangat penting bagi kami agar mendukung inovasi kami dalam bidang pangan”
Perubahan iklim semata-mata tidak terjadi begitu saja, ada sebab dan dampak yang dihasilkan dari perilaku kita sehari-hari. “Ada sisi yang lain perubahan iklim juga disebabkan oleh perilaku kita, yang di desa dan di kota tidak hanya jadi korban dari perubahan iklim tapi kita juga menjadi kontributor pada percepatan perubahan iklim itu sendiri. Contoh pada soal limbah pangan karena ada emisinya, lalu terjadi El Nino yang menyebabkan kekeringan dan membuat harga beras dan impor sampai rekor tertinggi dalam sejarah di Indonesia”. Peran generasi muda menjadi sangat penting mengingat bumi yang kita tempati sekarang ini akan dihuni dan dipimpin oleh generasi-generasi muda yang akan datang.