web analytics

TUKANG MIKROBA RAIH ANUGRAH KONSERVASI ALAM 2021

25
Nov

Kupang, 24/11/2021. Kecintaannya pada dunia pertanian, petani dan lingkungan menghantarkan Dr. Suryo Wiyono, Dosen Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB sekaligus ketua umum Gerakan Petani Nusantara, meraih penghargaan kategori dedikasi pada penemuan sumberdaya genetika bermanfaa pada ajang Anugerah Konservasi Alam 2021. Suryo menerima penghargaan itu pada acara Puncak Peringatan Hari Konservasi Alam Nasional Tahun 2021di Taman Wisata Alam Teluk Kupang, NTT 24 November 2021.

Pada acara yang dihadiri Pejabat Kementerian Kehutanan, Dirjen dan Sekjen,  Gubernur NTT, Danrem ,  Para Bupati di NTT.  Kepala  Taman Nasional se Indonesia, Kepala BKSDA se Indonesia.  Komunitas, pemuda, pelajar, Pramuka saka wana bhakti,  tokoh masyarakat, ilmuwan, NGO,  dan aktivis pelestarian lingkungan ini Suryo menerima sertifikat penghargaan yang langsung diserahkan oleh Wakil Menteri Lingkunga Hidup dan Kehutanan, Dr Alue Dohong, didampingi Dirjen Konservasi  Sumberdaya dan Ekosistem dan Gubernur NTT Viktor Laiskodat. 

Suryo menerima penghargaan atas kiprahnya yang sejak 2018 mengembangkan mikroba untuk meningkatkan produksi pertanian sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. Suryo berhasil menemukan dan mengembangkan tiga jenis mikrob bermanfaat yaitu PGPR – Plant Growth Promoting Rhizobacteria (lysinibacillus fusiformis), cendawan pathogen serangga untuk wereng (Hirsutella) dan  bakteri antifrost. Salah satu mikroba itu, PGPR, merupakan hasil dari risetnya di Ciremai.

Baca Juga:

Menilik dan Mengoptimalisasi Potensi Pertanian Hortikultura di Lombok Utara

“Bersama Tanam Nasional Gunung Ciremai, alhamdulillah, PGPR  tersebut sudah diaplikasikan para petani  di 57 Desa Penyangga, yaitu di Kuningan dan Majalengka.  Aplikasi PGPR Ciremai dilakukan pada tanaman padi, ubijalar, timun, tomat, bawang merah, bawang putih,  kacang Panjang, jahe, jagung, kopi dan cengkeh” ungkapnya.  

Para petani yang menggunakan PGPR Ciremai telah merasakan manfaatnya. Para petani yang menggunakan mikroba besutan Suryo ini sudah bisa mengurangi penggunaan pupuk sintetik hingga 50 %. Selain itu para petani juga sudah bisa menurunkan penggunaan pestisida  sampai 100%. Semenatra pada sisi hasil, penggunaan mikroba ini mampu meningkatkan hasil 30- 70%.  

“Dengan penggunaan mikroba ini para petani mendapat manfaat langsung sekaligus juga bisa berkontirbusi menjaga kesimbangan alam. Dengan menggunakan mikroba ini penggunaan input kimia sintetis jadi terbatas. Jadi ekosistem lebih terjaga” ujar Suryo.

Penggunaan mikroba merupakan terobosan penting ditengah tantangan dunia pertanian yang ada saat ini seperti perubahan iklim. Menurut Suryo, teknologi microbial menjadi salah satu tumpuan pertanian ke depan untuk meningkatkan produksi sekaligus mengurangi ancaman perubah iklim. “Saya berharap dengan penemuan yang ada dari para peneliti, seperti mikroba ini, menjadi jalan untuk menguatkan pangan nasional dan meningkatkan kesejahteraan petani” pungkas Suryo.