web analytics

PMK Ancaman Nyata Kedaulatan Daging di Indonesia

06
Jun

Re-emerge Disease, petaka peternak dari masa lalu

Pengumuman kasus pertama penyakit mulut dan kuku (PMK) pada tanggal 28 April 2022 di Kabupaten Gresik memecahkan rekor Indonesia yang sebelumnya bebas PMK sejak tahun 1986. Dahulu, pada tahun 1887 di Jawa Timur adalah area pertama outbreak PMK di Indonesia dan menyebar ke beberapa pulau pada tahun berikutnya seperti Sumatra (1892), Kalimantan (1906), Sulawesi (1902), Bali (1962), dan NTB (1911).

Distribusi PMK di Indonesia tahun 1973 (ACIAR)

Menurut dokumen yang dipublikasikan Organisasi Dunia untuk  Kesehatan Hewan  (OEI), PMK yang disebabkan oleh virus dari genus Aphthovitus ini adalah penyakit yang memiliki potensi menular tinggi (most contagious animal disease) serta berpotensi menimbulkan kehilangan ekonomi yang nyata. Penyakit ini mampu menimbulkan potensi kematian tinggi (high mortality)pada hewan ternak muda, dan kematian rendah (low mortality) pada hewan yang sudah dewasa. Penularan yang sangat mudah antar satu hewan ke hewan lainnya melalui kontak langsung  (pernafasan hewan yang mengandung aerosol), dari benda terkontaminasi ke hewan, proses menyusui dari induk terinfeksi, inseminasi buatan, dan penyebaran jarak jauh melalui udara (airborne).

Berdasarkan catatan Kementerian Pertanian di tanggal 17 Mei 2022, total kasus PMK di Indonesia mencapai 13.8 juta ekor pada ternak yang tersebar di 15 provinsi 52 Kabupaten. Di sisi lain Kementerian Pertanian juga tengah mengindentifikasi asal munculnya PMK yang menjadi ancaman nyata produksi daging nasional. Strategi pemerintah saat ini untuk menekan jumlah kasus adalah pendistribusian antibiotik, vitamin, antiperitik, densifektan, dan alat pelindung diri. 

Di sisi lain pengaruh adanya PMK telah dirasakan berbagai pihak, terutama peternak. Perlu diketahui jumlah rumah tangga usaha peternakan di Indonesia berdasarkan Sensus Pertanian 2013 adalah 12,93 juta, jumlah tersebut menurun tajam dari tahun 2003 yang mencapai 18,60 juta RTU. Rumah Tangga Usaha ternak di Indonesia  didominasi oleh peternak kecil dengan profil seperti yang ditunjukkan grafik dibawah ini.

Presentase Rumah Tangga Usaha Peternakan Menurut Jenis Ternak dan Kategori Skala Usaha 2014 (ST 2013 BPS)

Dengan rata rata penghasilan pertahun hanya sebesar  14,6 juta pertahun atau sekitar 1,2 juta perbulan, outbreak PMK adalah malapetaka yang bisa kapan saja menghabisi satu persatu rumah tangga usaha peternakan di Indonesia.  Aktivitas pasar hewan terpaksa ditutup, terjadi panic selling yang dilakukan peternak di beberapa daerah, hingga kekhawatiran tidak tercukupinya kebutuhan sapi kerbau menjelang hari raya Idul Adha adalah sekedar gejala dari malapetaka besar yang mengancam kedaulatan dan keberlangsungan hidup peternak daging di Indonesia.

Arti penting daging bagi Indonesia

Konsumsi protein penduduk Indonesia pada tahun 2020 mencapai 62.05 gram/kap/hari, angka ini menurun 1,3% dari tahun sebelumnya yang mencapai 162.87 gram/kap/hari. Lebih rinci konsumsi protein tersebut berasal dari protein nabati dan hewani yang mana protein nabati menyumbang 65.7% dan protein hewani 34.3% (Badan Ketahanan Pangan 2021). Daging sapi menjadi salah satu sumber protein hewani kedua yang digemari oleh masyarakat di Indonesia setelah ayam. BPS melaporkan konsumsi daging sapi dan kerbau di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 2.66 kg per kapita atau setara dengan 717.150 ton (BPS 2020). Hingga saat ini Indonesia masih menggantungkan pemenuhan dagingnya dari impor, terhitung pada tahun 2020 Indonesia masih harus mendatangkan 34.5% dari total kebutuhan daging sapi lembu dalam negeri. Berkaca pada kondisi pemenuhan daging nasional saat ini, tentu merebaknya PMK menjadi ancaman serius atas usaha pemerintah dalam mewujudkan kedaulatan daging di Indonesia.

Jalan terjal swasembada daging di Indonesia

Dalam dua periode kepemimpinan Jokowi sebenarnya pemerintah telah berusaha menggenjot produksi daging dalam negeri melalui program upaya khusus indukan sapi/kerbau wajib bunting (UPSUS SIWAB)  seperti yang dimandatkan di dalam Permentan nomor 48 Tahun 2016. Program  yang digawangi oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian ini memiliki dua program utama yaitu inseminasi buatan (IB) dan intensifikasi kawin alam (Inka). Meskipun sudah didukung dengan upaya lain seperti penyediaan dan pendistribusian semen beku dan N2 cair, penanggulangan gangguan reproduksi sapi betina, pemenuhan hijauan pakan ternak, dan pencegahan pemotongan sapi betina produktif capaian swasembada daging belum terealisasi. Fakta ini di dukung dengan peningkatan volume impor daging sapi dan kerbau selama periode 2016 hingga 2018 yang mencapai 9.23% di tahun 2017 dan 29.5% di tahun 2018.

Setelah gagal mencapai swasembada daging melalui program UPSUS SIWAB, Kementerian Pertanian lewat Permentan nomor 17 Tahun 2020 tentang Peningkatan Produksi Sapi dan Kerbau Komoditas Andalan Negeri (SIKOMANDAN) menargetkan swasembada daging pada tahun 2016. Program ini difokuskan untuk peningkatan kelahiran, peningkatan produktivitas, pengendalian penyakit hewan dan reproduksi, penjaminan keamanan dan mutu pangan, dan distribusi serta pemasaran. Program ini tidak jauh berbeda dengan program UPSUS SIWAB sebelumnya yang berbeda adalah usaha peningkatan jumlah dan kompetensi petugas, peningkatan jumlah akseptor atau indukan sapi produktif melalui pemasukan impor luar negeri, dan program asuransi peternakan.

Mengubur jauh angan swasembada ?

Guru besar IPB University, Prof Muladno menyatakan posisi indonesia saat ini masih jauh dari angan-angan swasembada daging yang ditargetkan terwujud di tahun 2026. Menurutnya sejak kemerdekaan hingga saat ini rasio jumlah sapi terhadap jumlah penduduk hanya meningkat 1,05 persen yang mana dengan angka tersebut mustahil apabila indonesia mencapai swasembada daging di tahun 2026. Terlebih melihat situasi kekinian, tata kelola yang belum optimal, dan merebaknya outbreak PMK menempatkan Indonesia semakin jauh dari angan angan swasembada daging.

Daftar Pustaka

BKP KEMENTAN. 2021. Direktori Perkembangan Konsumsi Pangan. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

BPS. 2014. Analisis Rumah Tangga Peternakan di Indonesia. Jakarta (ID). Badan Pusat Statistik Republik Indonesia.

BPS. 2020. Peternakan dalam Angka 2020. Jakarta (ID). Badan Pusat Statistik Republik Indonesia

Junaidi A. 2013. Menggagas terwujudnya swasembada daging sapi di Indonesia. Makalah. Pidato Ilmiah Dies Natalies ke-67 Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 20 September 2013.

Permentan No 17 Tahun 2020

Permentan No 48 Tahun 2016

Soehadji, Malole M, Setyaningsih H. The Experience of Indonesia in the control and eradication of foot-and-mouth disease. ACIAR Proceedings.

World Organisation for Animal Health (2021).Technical Disease Cards: Foot mouth disease.