web analytics

MENULARKAN KEBAIKAN LUMBUNG PANGAN

21
Sep

Bogor. 17 September 2020Belum genap berdiri satu tahun lumbung pangan Berkah Tanah Umbara Desa Pendua, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara sudah memiliki harapan dan cita-cita yang tinggi. Ungkapan impian ini dilontarkan oleh Pak Mujahidin, ketua LPD Berkah Tanah Umbara dalam Sekolah Lumbung series#1 yang dilaksanakan secara daring kamis lalu.

Lumbung ini akan menjadi motor Desa Pendua menuju desa mandiri pangan yang mampu mengelola pangan masyarakat desa dalam kondisi apa pun”.

Pernyataan tersebut juga diamini oleh Kepala Desa Pendua M. Abu Agus Salim Tohiruddin yang menyatakan bahwa LPD yang berada saat ini sedang bersungguh-sungguh meningkatkan kapasitas dan pengetahuannya untuk mencapai impiannya tersebut.

Tidak satu dua langkah yang dilewati oleh masyarakat Desa Pendua dalam menginisiasi Lumbung Pangannya. Berangkat dari musibah yang melanda desa 2018 silam, gempa bumi berskala 7.0 itu mempengaruhi kehidupan masyarakat Desa Pendua baik aspek sosial maupun ekonominya. Desa yang seharusnya aman pangan dengan surplus ‘beras’ 126 ton pertahun itu harus menghadapi situasi terjepit karena cadangan pangannya hanya mampu menjamin kehidupan masyarakat desa beberapa hari saja pasca gempa. Dari hal tersebut akhirnya masyarakat sadar pentingnya mengelola cadangan pangan mereka dengan melahirkan kembali sambi, sebutan lumbung pangan di Lombok Nusa Tenggara Barat.

Cerita serupa juga datang dari Yaiz. Dia adalah inisiator yang lebih dahulu membangun lumbung Tani Lestari Bantul 14 tahun silam. Gempa 5,9 skala Richer yang  mengguncang Yogyakarta dan meluluh lantakan dusunnya melahirkan kesadaran  masyarakat mengenai arti penting keberadaan lumbung pangan.

Di Dowaluh, lumbung pangan mati pada tahun 1976 ketika revolusi hijau mulai masuk, dan pada tahun 2006 hidup lagi pasca gempa bumi”.

Langkah awal Yaiz dalam membangun lumbung pangannya adalah dengan menanam beberapa padi varietas lokal padi pada lahan seluas 6,7 hektar.  Dengan mengumpulkan 10 kg hasil panen masyarakat secara kolektif dua kali dalam setahun. Sistem yang dibangun tersebut mampu menjadi bufer pangan masyarakat ketika paceklik datang. Tidak hanya fokus pada penyediaan cadangan pangan, lumbung TaLes juga menjajaki sektor ekonomi sebagai penyedia input pertaian dan penjualan bahan pangan.

Meskipun modernisasi lumbung menjadi sebuah keharusan, Yaiz menekankan pentingnya menjaga tradisi lumbung itu sendiri. Merti Dusun, tradisi ungkapan rasa syukur dan bersih desa dengan memboyong dewi sri ke lumbung keluarga maupun ke lumbung kelompok lestari diselenggarakan. Tradisi Kenduri juga masih lekat dengan masyarakat lumbung TaLes untuk mempererat solidaritas sosial.

Diawali saling berbagi kisah antara LPD Berkah Tanah Umbara dan LP Tani Lestari, sekolah lumbung pertemuan pertama ini berlangsung cair dan penuh semangat. Yaiz menekankan pentingnya menyamakan arah dan tujuan dalam membangun lumbung pangan mengingat modal sosial merupakan nyawa yang tidak tergantikan bagi lumbung itu sendiri. Pendekatan-pendekatan partisipatif yang terukur dan pelibatan masyarakat secara langsung menjadi agenda awal yang wajib lumbung pangan lakukan.

Tidak perlu buru-buru tapi harus memiliki prioritas, apakah berangkat dari memenuhi cadangan pangan terlebih dahulu atau mengelola hasil pertanian dan peternakan yang menjadi potensi desa” Tutur Yaiz.

Keterlibatan pemuda sebagai motor inovasi lumbung pangan juga penting adanya kata Yaiz. Adelia, petani muda yang saat ini masih duduk dibangku kelas 12 SMA terlibat aktif di LPD Berkah Tanah Umbara semangat dalam membagikan mimpinya,

Bayangan lima tahun kedepan, LPD akan menjadi jembatan terwujudnya Desa Pendua yang mandiri dan berdaulat pangan

Sekolah lumbung pangan ini sendiri akan dilaksanakan berseries oleh YLKMP dan Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan atas dukungan Oxfam Indonesia. Said Abdullah, Koordiantor nasional KRKP menekankan “ruang-ruang belajar seperti ini menyadarkan kita bersama ternyata gagasan lumbung pangan yang lahir dari bawah sangat relevan jika ditarik dengan apa yang terjadi saat ini”. Sistem pangan desa yang resilien terhadap krisis bencana dan pandemi menjadi sebuah pilihan yang harus dipertimbangkan pada level nasional.