web analytics

Keberhasilan Petani Boyolali Dalam Implemntasi Praktik Pertanian Berkelanjutan Cerdas Iklim

02
Jul

Kekeringan, banjir bandang, dan pergeseran musim adalah masalah yang semakin sering dihadapi oleh para petani. Hal ini disebabkan oleh memburuknya kondisi bumi akibat perubahan iklim dan aktivitas manusia. Fenomena El-nino merupakan salah satu contoh dampak buruk dari udara panas dan kekeringan yang berkepanjangan hingga berdampak  pada ketersediaan pangan bagi masyarakat. Penurunan produksi beras domestik  selama periode 2022-2024 menyebabkan kerugian bagi para petani, terutama petani-kecil. Kebijakan impor yang tidak memihak kepada para petani semakin memperburuk situasi. Kita perlu beradaptasi, melakukan mitigasi dan inovasi untuk mencegah dan menyelamatkan nasib para petani dan alam bumi.

Pertanian berkelanjutan adalah solusi yang berhasil dilakukan oleh para petani di Boyolali, Jawa Tengah dalam mencegah dan mengatasi dampak dari krisis iklim dan kebijakan pemerintah. Pertanian berkelanjutan merupakan sebuah konsep yang mengedepankan keseimbangan antara produksi bahan pangan yang tinggi, kesejahteraan petani yang memadai, dan kelestarian alam. Praktik-praktik seperti meniadakan penggunaan input kimiawi, pengelolaan irigasi, dan pengelolaan secara kelembagaan di sektor pertanian diterapkan oleh petani di Boyolali  untuk meningkatkan hasil panen mereka. Selain itu, praktik-praktik ini juga memperhatikan sistem manajemen dari kelembagaan yang mendukung para petani setempat. Namun perlu diingat, keberhasilan penerapan pertanian berkelanjutan perlu didukung oleh pemerintah melalui kebijakan yang menguntungkan petani dan pertanian. 

Para petani yang tergabung dalam kelompok tani Aliansi Petani Padi Organik Boyolali (APPOLI), Asosiasi Petani Organik Boyolali, dan Koperasi Tani Pangan Lestari (KTPL) berhasil menerapkan praktik pertanian berkelanjutan dan memperoleh hasil positif bagi para petani dan lahan yang ditanam.. Salah satu praktik yang diterapkan adalah sistem tanam jajar legowo, yaitu sistem yang mengatur jarak tanam dan baris dari padi. Selain itu, petani juga menggunakan pupuk dan pestisida organik, serta memperhatikan usia tanaman dalam pengaplikasiannya. Dampak dari praktik-praktik tersebut adalah peningkatan signifikan jumlah panen bagi para petani. Menurut salah satu petani, jumlah produksi menggunakan pertanian berkelanjutan meningkat sekitar 1-2 ton menjadi 8-9 ton per hektar lahan.

Selain praktik pertanian yang berkelanjutan, kelompok tani juga memperhatikan sistem manajemen yang mendukung para petani setempat di Boyolali. Kelompok tani, seperti APPOLI, APOB, dan KTPL, diharapkan dapat menjadi wadah yang mendukung dan menyerap produksi para petani dengan harga yang tinggi dan dapat menjadi lembaga yang memastikan kesejahteraan para anggotanya. kelompok tani di samping itu juga menjadi wadah untuk para petani dapat bertukar informasi dan inovasi, meningkatkan kapasitas dari para anggotanya, serta menciptakan jaringan antara anggota dan pihak, sehingga kolaborasi dapat tercipta dan diharapkan mendorong pertumbuhan sektor pertanian yang berkelanjutan di masa depan.

Perlu dicatat bahwa praktik pertanian berkelanjutan dapat dilakukan dengan semangat gotong royong oleh petani, tetapi memerlukan  dukungan dari pemerintah untuk mencapai tujuannya.  Oleh karena itu, pemerintah seharusnya menciptakan kebijakan yang lebih berpihak kepada petani dan pertanian dalam menghadapi perubahan iklim dan kebutuhan pangan masyarakat. Dalam penerapan dan penyebarluasan informasi tentang pertanian berkelanjutan, pemerintah harus berperan aktif dengan mendorong penggunaan praktik-praktik tersebut di seluruh Indonesia. Selain itu, kebijakan HET seharusnya menciptakan harga jual yang stabil dan tinggi, kebijakan mengenai subsidi dan distribusinya harus lebih memperhatikan target populasi dan mendorong penggunaan pupuk organik. Tidak kalah penting, kebijakan impor pangan seharusnya diperhitungkan dengan spesifik, sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi petani. 

Dari pengalaman para petani di Boyolali, Jawa Tengah, kita dapat mempelajari dan menerapkan pertanian berkelanjutan di berbagai daerah dan sektor pertanian. Hasil yang menguntungkan, tidak hanya secara ekonomi, tetapi juga sosial dan lingkungan, menjadi harapan positif menghadapi masa depan yang terancam oleh krisis iklim. Praktik pertanian berkelanjutan cerdas iklim yang dilakukan secara kolektif oleh masyarakat dan pemerintah akan dapat mewujudkan sistem pertanian yang ideal dan bermanfaat bagi masyarakat, serta para petani.