Larantuka, 5 Juli 2024. Local champion atau penggerak lokal Koalisi Pangan Baik dari Desa Hokeng Jyaa, Hewa, Aransisa dan Kawalelo berkumpul di aula Bapelitbangda (Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian Pengembangan Daerah) Flores Timur. Mereka menggelar dialog dengan Bappelitbangdan dan dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), Dinas Kesehatan, serta Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) terkait berbagai insiatif local yang dilakukan menjawab perubahan iklim. Acara yang difasilitasi YASPENSEL (Yayasan Pembangunan Sosial Ekonomi Larantuka) dan Yayasan Ayu Tani Mandiri, anggota Koalisi Pangan BAIK ini juga menghadirkan pameran pangan local dan pemutaran film aksi iklim local champion.
Dalam sambutannya, RD. Benyamin Daud, Direktur Yayasan Pembangunan Sosial Ekonomi Larantuka (Yaspensel) menekankan pentingnya partisipasi aktif masyarakat lokal terutama anak muda atau local champion dalam proses pengambilan keputusan untuk memastikan adanya kebijakan iklim yang berkeadilan.
“Local champion menjadi garda terdepan dalam menyebarluaskan praktik baik dan mendorong perubahan kebijakan, program dan alokasi anggaran untuk penguatan aksi iklim di tingkat tapak. Kegiatan hari ini diharapkan dapat menjadi media bagi anak muda menyuarakan pengalaman sekaligus desakannya pada para pihak terutam pemerintah daerah dan desa. Salah satu kebijakan yang penting untuk diadvokasi adalah dana desa untuk ketahanan pangan. Amanat Peraturan Presiden 104 tahun 2021 jelas mengamanatkan desa untuk mendukung penguatan ketahanan pangan di tengah ancaman perubahan iklim” ujarnya
Sementara itu Kepala Sekretariat Daerah, Drs Petrus Pedo Maran, MSi, dalam sambutannya yang dibacakan kepala Badan Penelitian dan Pengembangan, mengungkapkan bahwa perubahan iklim sudah sangat mendesak dan kita perlu memikirkan Tindakan adaptif dan mitigative yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat termasuk anak muda dan komunitas local. Keberadaan local champion menjadi penting karena dapat menyebarluaskan praktik baik dan melakukan upaya advokasi penggunaan dana desa untuk ketahanan pangan. Selain itu mereka juga bisa menjadi aktor penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan dampak perubahan iklim.
“Kami menyampaikan apresiasi kepada yaspensel dan anggota koalisi pangan Baik serta local champion. Pemerintah pada prinsipnya akan terus memberikan ruang yang sesuai aturan yang ada termasuk dukungan teknis dan kebijakan” pungkasnya.
Pada sesi dialog, Sindy Soge, local Chamions dari Desa Hewa mengatakan bahwa mereka telah memulai berbagai aksi local untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Dialog yang dilakukan menurutnya sangat penting untuk menyuarakan berbagai aksi yang telah dilakukan dan juga kebutuhan anak muda untuk melanjutkan berbagai kegiatan di desa.
“Kami para local champion dari empat desa telah melakukan berbagai kegiatan mulai dari konservasi mata air hingga pengembangan usaha pengolahan pangan local. Kami berharap berbagai aksi kami ini menjadi pemicu lahirnya komitmen dan dukungan pemerintah pada berbagai inisiatif local mengatasi dampak perubahan iklim” pungkas Sindy.
Adapun Puji Sumedi, Program manager Agroekosistem Yayasan KEHATI, menyatakan bahwa aksi-aksi yang dilakukan oleh local champion bersama masyarakat desa perlu mendapatkan rekognisi dan dukungan dari pemerintah.
“Salah satu peran pemerintah yang sangat penting adalah mengangkat para aktor lokal yang sudah melakukan praktik baik di tingkat tapak. Semangat dan insiatif mereka perlu direkognisi dan dihargai agar semangat baik ini menular, sehingga bisa saling berkolaborasi untuk melakukan aksi kolektif yang berdampak lebih luas” tutur Puji.
RD. Benyamin Daud berharap dengan kegiatan ini dapat memperkuat kolaborasi antara local champion, pemerintah desa, dan komunitas lokal dan dukungan teknis dan kebijakan dari pemerintah kabupaten untuk implementasi Program Kampung Iklim (ProKlim) dan upaya ketahanan pangan di desa-desa yang terlibat.
“Dengan demikian, komunitas–termasuk mereka yang terpinggirkan–dapat berpartisipasi secara bermakna dalam merumuskan solusi iklim dan beradaptasi dengan krisis iklim” pungkasnya