web analytics

Hadirkan Festival Pangan Jujur, KRKP Bercerita Tata Kelola Pangan Lewat Foto

29
Jun

JAKARTA — Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) menggelar Festival Pangan Jujur di Galeri Salihara, mulai Selasa (28/6) hingga 3 Juli mendatang. Festival ini diselenggarakan KRKP bersama dengan Pannafoto Institute dan didukung Kurawal Foundation. Kegiatan ini dihadirkan sebagai respons atas ancaman krisis pangan yang menyeruak sejak pandemi Covid-19 hingga saat ini.

Said Abdullah, koordinator KRKP, menjelaskan persoalan pangan sesungguhnya menjadi perhatian yang melintas batas dan waktu. Dalam festival ini, ia mengatakan pihaknya menghadirkan situasi pangan terkini dan perjalanan situasi pangan serta kebijakan pemerintah selama pandemi covid-19.

“Lewat Festival Pangan Jujur ini kita mengajak publik untuk lebih aware terhadap persoalan pangan yang kian hari kian penting namun makin lemah dalam pengelolaannya. Selama pandemi kita bisa menyaksikan bagaimana pangan menjadi hal penting, tidak hanya menjaga keberlangsungan kehidupan namun juga negara ini. Sementara pada sisi lain kesungguhan memperkuat sektor pangan ini menjadi tanda tanya. Melalui festival ini kami ingin mengajak kepada semua lapisan masyarakat, khususnya kaum perkotaan, untuk lebih bijak dan arif dalam pangan serta terlibat dalam upaya mengontrol pengelolaan pangan sehingga lebih baik,” kata Said saat membuka festival di Galeri Salihara Jakarta, Selasa.

Said menjelaskan semasa pandemi Covid-19, pihaknya bersama sejumlah pihak melakukan napak tilas. Hal ini dilakukan atas berbagai kejadian juga kebijakan terkait pangan baik di tingkat nasional maupun kantung-kantung pangan di sejumlah daerah. Melalui festival ini ditampilkan sebuah gambaran utuh bagaimana pengelolaan pangan yang dilakukan dengan tidak cukup baik pada situasi pandemi. Untuk menangkap semua permasalahan tersebut, pihaknya menampilkannya melalui rangkaian foto. Secara total ada 59 foto peserta pelatihan yang difasilitasi oleh PannaFoto Institute, serta arsip KRKP termasuk pantauan KRKP yang tertuang dalam timeline pangan selama pandemi di nasional, di Pulau Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara Timur, hingga Sulawesi.

Darmawan Triwibowo, direktur Kurawal Foundation, mengatakan masalah pangan adalah perkara serius yang tidak bisa diselesaikan dengan pendekatan jangka pendek serta hanya dipusatkan pada aspek produksi dan subsidi saja. Pendekatan tersebut, kata dia, terbukti tidak mampu mengatasi masalah struktural dalam sistem produksi pangan, seperti kepemilikan aset, kesejahteraan produsen pangan maupun kontinuitas pasok sumber daya, yang mempengaruhi dimensi ketersediaan akses, dan keterjangkauan atas pangan. “Selama ini, terus-menerus mengulang pendekatan yang menjadi sumber masalah untuk menyelesaikan masalah adalah sebuah kebodohan. Sayangnya, rezim orang baik belum tentu tidak bodoh,” ujarnya.

Rosa Panggabean, kurator pameran yang juga aktif sebagai fotografer, menjelaskan, “Kami berupaya menghadirkan isu pangan secara visual dan cara-cara yang lebih kreatif. Kami berharap melalui pameran ini publik lebih mudah memahami isu-isu pangan dan isu-isu lain yang berkelindan di antaranya.” Sementara itu, selama enam hari KRKP menghadirkan serangkaian serial diskusi dengan menghadirkan para praktisi, pegiat maupun pakar yang menaruh perhatiannya kepada persoalan pangan.


Pada hari pertama, diskusi bertajuk “Bongkar atas Bangun Bawah” menghadirkan narasumber Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriyani, Ir.R. Anang Noegroho Setyo Moeljono (MEM Direktur Pangan dan Pertanian, BAPPENAS RI), Pahala Nainggolan (Deputi Bidang Pencagahan dan Monitoring KPK), ekonom Universitas Indonesia, Faisal Basri serta Kepala BADAN Pangan Nasional (BAPANAS), Arief Prasetyo Adi. Serial diskusi di hari berikutnya menghadirkan juga para pegiat dan komunitas yang memiliki ketertarikan terhadap persoalan pangan. Pada salah satu serial diskusi, akan hadir juga sejarawan JJ Rizal yang akan mengupas aspek pangan dan lumbung, musisi Simponi, komika Mamat Alkatiri serta perwakilan komunitas fotografer Indonesia.

“Tema yang dibahas dalam festival ini tidak semata-mata mengangkat persoalan klasik di daerah tapi juga mengupas bagaimana lemahnya pengelolaan pangan yang ditunjukkan dengan adanya praktik-praktik kartel pangan dan kejahatan korupsi yang telah menghiasi kondisi perpolitikan pangan di negeri ini,” jelas Said.

Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriyani, menyampaikan perihal filosofi pembangunan pertanian di Luwu Utara yakni Sagu Abadi, Kakao Lestari, Padi Sawah Berkelanjutan. Bagi masyarakat Luwu Utara, kata dia, sagu bukan sekedar bahan pangan melainkan simbol jati diri. Dimana setiap rumpun selalu terdapat satu pohon paling besar dan paling tinggi sebagai pemimpin. “Dikala sudah tua atau ditebang akan digantikan pohon sagu lain yang terbesar dan tertinggi berikutnya dan seterusnya,” ujarnya.