web analytics

Penguatan Daya Lenting (Resiliensi) Komunitas Darim Dalam Menghadapi Dampak Perubahan Iklim Untuk Mencapai Kehidupan Yang Sejahtera

Dampak Perubahan Iklim

Perubahan iklim secara nyata telah mempengaruhi kehidupan masyarakat terutama kelompok masyarakat di pedesaan. Merujuk data Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2017, dari total 82.190 desa yang ada di Indonesia terdapat 2.400 atau 2.92% yang tergolong rentan atas dampak perubahan iklim dan 4.881 atau 5,94% dalam kategori kerentanan tinggi, 54.458 (72,34%) masuk kategori kerentanan sedang, 7.085 (8,62%) masuk dalam kategori kerentanan rendah 7.085 (8,62%) dan sisanya sebesar 8.366 (10,18%) berkategori sangat rendah.

Data di atas berangkat dari situasi masyarakat desa yang saat ini mengalami tekanan baru yaitu, perubahan iklim, selain tekanan akibat eksploitasi dan penghancuran ekosistem, kerusakan dan penebangan hutan ilegal serta meningkatnya pencemaran yang meningkatkan kerentanan dan risiko. Perubahan iklim di pedesaan secara nyata menyebabkan perubahan ekosistem, peningkatan jenis penyakit manusia, rusaknya infrastruktur, penurunan jumlah air, dan meningkatnya bencana hidrologi seperti banjir dan kekeringan. Dampak lain yang sangat nyata terlihat di masyarakat khususnya di sektor pertanian, yaitu ledakan hama penyakit, banjir atau kekeringan, dan perubahan musim.

Dengan demikian perubahan iklim sangat mempengaruhi kelompok rentan di desa yang umumnya bergantung pada penghidupan subsisten atau mata pencaharian skala kecil terutama petani kecil, buruh tani, nelayan dan perempuan serta kelompok masyarakat rentan lainnya. Tekanan perubahan iklim makin berat seiring dengan rendahnya akses informasi perubahan iklim, rendahnya sensitivitas, dan rendahnya kapasitas adaptasi masyarakat. Situasi tersebut menyebabkan kelompok masyarakat yang rentan di desa memiliki kerentanan yang tinggi.

  • Lokasi Program

    Dengan kerentanan yang tinggi tersebut maka masyarakat desa dan petani secara khusus, dihadapkan pada situasi yang sulit karena tidak memiliki daya lenting atau resiliensi yang baik. Rendahnya resiliensi masyarakat dipengaruhi oleh rendahnya akses informasi tentang perubahan iklim dan rendahnya kemampuan adaptasi yang dimiliki. Selain itu juga dipengaruhi oleh rendahnya kapasitas kelembagaan masyarakat, seperti halnya kelompok tani, dan kelompok usaha perempuan. Pada sisi lain pemerintah desa masih abai terhadap isu perubahan iklim. Pada level desa jarang sekali ditemukan kebijakan yang memperkuat kemampuan resiliensi masyarakat. Pemerintah desa masih menganggap bahwa perubahan iklim seolah tidak nyata dan tidak ada hubungannya dengan kegiatan pembangunan di desa.

    Situasi ini juga dialami oleh masyarakat desa di Kabupaten Indramayu.  Sumber penghidupan masyarakat desa ini ada di sektor pertanian. Masyarakat terbatas akses informasi dan kapasitas nya sehingga derajat kapasitas adaptasinya juga lemah. Komunitas ini berada di bagian tengah Kabupaten Indramayu. Akses pengairan air irigasi di wilayah ini terbatas, sehingga masa tanam padi, sebagai komoditas utama, hanya dapat dilakukan setahun sekali. Besarnya dampak perubahan iklim bagi masyarakat komunitas dan desa-desa khususnya di Indramayu tentu saja menjadi ancaman tidak hanya bagi ketahanan masyarakat itu sendiri namun lebih jauh bagi ketahanan pangan Indonesia dan pencapaian target SDGs.

  • Strategi untuk Perubahan

    • Penguatan kesadaran dan pengetahuan masyarakat terutama petani

    Pemahaman atas kerentanan dan kesadaran  oleh kelompok rentan ini didapatkan melalui kajian kerentanan yang dilakukan secara partisipatif melalui metode Participatory Rural Appraisal (PRA).

    • Penguatan kapasitas adaptasi petani sebagai kelompok rentan

    Mendorong lahirnya system informasi dan teknologi adaptif perubahan iklim. Sistem ini diharapkan mampu mengumpulkan, mendokumentasikan dan menyebarkan informasi terkait perubahan iklim, praktik baik adaptasi dan mitigasi baik ke dalam lingkungan desa maupun ke publik. Selain itu, sistem informasi iklim ini juga akan membangun kerjasama dengan pihak luar terutama dalam menyerap informasi tentang perubahan iklim yang bisa dibagikan kepada masyarakat desa terutama petani. Sistem informasi tidak hanya menghasilkan pengetahuan bagi petani namun juga menghasilkan pengetahuan baru yang dapat diuji di laboratorium dan perguruan tinggi.

    • Memperkuat kapasitas kelembagaan dan jejaring

    Penguatan kapasitas kelembagaan meliputi aspek visioning lembaga sampai dengan penguatan manajemen dan tata kelola kelembagaan. Selain itu, akan dilakukan perluasan jejaring dengan para pihak yang terkait isu perubahan iklim.

    • Penguatan partisipasi kelompok tani dalam penyusunan program dan kebijakan pemerintah desa yang responsif terhadap perubahan iklim

    Adanya dukungan dalam bentuk kebijakan di tingkat desa menjadi prasyarat bagi terpenuhinya penguatan resiliensi masyarakat secara berkelanjutan.