Penulis:
Nur Azizah
Cover:
Meryana Agnesta Linome
Desain Tata letak:
Meryana Agnesta Linome
Diterbitkan oleh Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan
(KRKP) didukung oleh Oxfam di Indonesia
Penulis:
Nur Azizah
Cover:
Meryana Agnesta Linome
Desain Tata letak:
Meryana Agnesta Linome
Diterbitkan oleh Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan
(KRKP) didukung oleh Oxfam di Indonesia
Oleh :
Maghfirare Studio Untuk Koalisi Rakyat Untuk Kedaulatan Pangan (KRKP)
Cerita:
Maghfirare
Illustrasi:
Maghfirare
“Desa itu menyimpan banyak memori indah di masa kecilku. Bermain petak upet di hamparan kebun jagung yang luas, berlarian sepanjang hilir sungai dengan pemandangan ladang yang menguning dan memakan langsung hasil panen kebun bersama-sama”. -Kania=
Halaman: 40
Format: PDF
Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) percaya bahwa upaya perwujudan kedaulatan petani dan rakyat atas pangan menjadi tanggungg jawab semua pihak. Oleh karenanya, KRKP mengembangkan kerangka kerja kolaboratif dari berbagai pihak. KRKP mendorong terjadinya sinergi dan aksi kolaborasi para pihak dengan pendekatan pada empat pilar utama kedaulatan pangan. Keempat pilar tersebut adalah akses terhadap sumber produksi, pertanian berkelanjutan, perdagangan yang berkeadilan bagi petani dan produsen pangan, serta pola konumsi pangan berdasar sumber lokal.
Festival #PanganJujur merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan untuk mengemas isu tata kelola pangan dalam bentuk diskusi dan visual. Festival #panganjujur ini adalah gong awal Gerakan Pangan Jujur yang akan disuarakan pada publik.
Penulis: Tim Investigasi Tempo (Bagja Hidayat, Erwan Hermawan, Agung Sedayu, Dini Paramita) dan Tim KRKP (Widya Hasian Situmeang, Ferry Stya Budi)
Editor: Ali Nur Yasin
Editor: Andi Faisal
Tahun Terbit: 2021
ISBN: 978-602-98508-6-4
Halaman: 69
Format: PDF
Masalah pangan merupakan persoalan yang langsung menyangkut kehidupan masyarakat secara luas. Ibu-ibu terutama, akan bisa segera mengetahui bila ada kenaikan harga kebutuhan, seperti beras, telur, daging, atau sayur-sayuran.
Setiap kita, pasti membutuhkan pangan. Tidak seperti komoditas lainnya, pangan menjadi hajat hidup orang banyak. Masyarakat, mungkin banyak yang mengira, bahwa urusan bahan pokok hanyalah sebatas urusan transaksi jual-beli di pasar atau dengan abang sayur. Mengapa harga telur naik? Atau mengapa harga daging tahu-tahu mahal, dan juga mengapa harga bawang yang tiba-tiba melonjak? Para pedagang biasanya akan mengatakan: dari sananya sudah segitu. Maksudnya, mereka mengambil dari pengepul harganya memang sudah mahal.
Penulis: Widya Hasian Situmeang dan Minardi
Layout dan Foto: Ferri Stya Budi dan Dodiek
Halaman: 10
Format: PDF
Pulau Lombok selalu menyuguhkan keindahan pariwisata pesisir, hamparan sawah dan pegunungan yang khas dalam ingatan. Megahnya matahari terbenam di barat, dinginnya udara Sembalun di timur. Belum lagi aneka kuliner khas yang membuat lidah berdecak. Perpaduan nasi hangat, sambal plecing, babero’, seluruh kombinasi pedas – asam – gurih memenuhi pikiran dan menciptakan hasrat untuk mencoba. Ah… sungguh destinasi yang sangat menyenangkan.
Tidak hanya suguhan suasana dan pemandangan alam, Lombok menyimpan kekayaan budaya warisan leluhur dan kelembagaan yang hidup turun temurun. Beberapa hasil kebudayaan itu terlihat dalam tenunan, bahasa, bangunan dan aktivitas adat yang hingga hari ini masih dapat kita saksikan. Warisan tersebut juga mewarnai aktivitas produksi pangan yang dilakukan petani.
Penulis: Widya Hasian Situmeang
Layout dan Foto: Ferri Stya Budi
Halaman: 7
Format: PDF
Apa yang terlintas dibenakmu saat membaca kata Pacitan? Pantai yang indah, pasir yang lembut, suguhan ombak dan kuliner pesisir yang menggiurkan mungkin langsung membanjiri benakmu. Suguhan pemandangan pada belahan lain Pacitan juga tidak kalah menarik: hamparan sawah dan pengairannya di beberapa kecamatan, serta ladang-ladang yang dijadikan sawah tadah hujan atau kebun juga menjadi suguhan menarik sepanjang perjalanan mu. Pacitan mungkin juga akan menjadi bagian dari daftar rencana kunjunganmu untuk berlibur suatu saat nanti.
Penulis: Widya Hasian Situmeang dan Siswan Tiro
Layout dan Foto: Ferri Stya Budi dan Dodiek
Halaman: 13
Format: PDF
“…biarpun ada bencana alam seperti banjir bandang kemarin, jembatan putus, apalagi pandemi, yang membuat beras tidak ada, kami (masyarakat Luwu Utara) akan selalu punya sagu untuk dimakan…”
Perjalananmu ke Sulawesi Selatan belumlah lengkap jika kamu belum mencicipi kuliner khas yang bernama Kapurung. Kuliner kapurung terbuat dari pati sagu yang disajikan dengan masakan berkuah. Tidak jarang kapurung ditemani ikan atau udang berkuah dan sayuran. Salah satu resep kapurung yang sangat khas adalah kapurung khas Luwu Raya